Soedirman
lahir pada Senin Pon, 18 Maulud 1846 dalam almanak Jawa atau 24 Januari
1916 di Dukuh Rembang, Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota
Purbalingga. Ia lahir dari rahim Siyem, wanita asal Purwokerto, istri
Karsid Kartoworidji, seorang pekerja pabrik gula. Soedirman diurus dan
tinggal di rumah asisten wedana di Rembang, Raden Tjokrosoenarjo dan
istri Toeridowati. Bayi laki-laki itu diberi nama Soedirman.
Setelah
Soedirman berusia delapan bulan, Tjokrosoenarjo pensiun dari jabatannya.
Berbekal duit pensiun 62,35 gulden, ia memboyong keluarganya, termasuk
Soedirman dan orang tuanya, pindah ke sebuah rumah sederhana di Kampung
Kemanggisan, Kelurahan Tambakreja, sebelah selatan pusat Kota Cilacap,
Jawa Tengah. “Jadi, Bapak cuma numpang lahir di Purbalingga, lalu
kehidupannya berlanjut di Cilacap,” kata Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi,
anak bungsu Soedirman, saat ditemui Tempo awal Oktober lalu.
Nama itu
diberikan ayah angkatnya, Raden Tjokrosoenarjo, asisten wedana di
Rembang, Purbalingga. Sejak lahir, ia memang langsung diurus dan tinggal
di rumah pasangan Tjokrosoenarjo dan Toeridowati. Data Pusat Sejarah Tentara Nasional Indonesia
menyebutkan, istri Tjokrosoenarjo adalah kakak kandung ibunda
Soedirman. Sejak Soedirman masih di dalam kandungan, Tjokrosoenarjo
sudah meminta izin Siyem agar kelak bisa merawat kemenakannya itu.
Teguh
bercerita, selama ini banyak buku dan literatur digital di dunia maya
menulis ngawur soal asal-usul keluarganya. Dari sekian banyak buku
tentang ayahnya, Teguh hanya percaya pada buku berjudul Doorstoot naar
Djokja: Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer karya wartawan senior Julius
Pour terbitan 2005.
“Walau bukan
buku biografi Bapak, ceritanya cocok semua dengan cerita Ibu,” ujar
bungsu dari sembilan putra-putri pasangan Soedirman dan Siti Alfiah itu.
Soal
asal-usul keluarga sang Panglima Besar, Teguh mengatakan, berdasarkan
pernyataan keluarga, Soedirman merupakan anak kandung Tjokrosoenarjo,
Asisten Wedana Rembang, bukan anak angkat seperti yang selama ini
tertulis di berbagai buku sejarah. “Belum ada satu pun buku yang menulis
soal ini (versi keluarga),” katanya.
Tjokrosoenarjo
wafat saat Soedirman masih menempuh sekolah guru di Cilacap pada
sekitar 1936. Ia mewariskan seluruh hartanya kepada anak tunggalnya itu.
Siti Alfiah,
istri Soedirman, beberapa kali berusaha meluruskan soal data sejarah
ini, tapi selalu kandas. Janda Soedirman itu pernah berupaya
meluruskannya pada 1960-1970-an. Namun, pihak Pusat Sejarah ABRI kala
itu malah mengesahkan secara resmi sejarah orang tua Soedirman yang
masih kontroversial tersebut lewat pengadilan. “Tapi aneh karena tak ada
satu pun anggota keluarga yang diundang,” ujar Teguh.
Bagi Teguh, ibundanya adalah satu-satunya orang yang tahu persis soal riwayat sang Jenderal Besar.
Sebab, semua dokumen yang berkaitan dengan Soedirman telah dilenyapkan
demi kepentingan keamanan sebelum ia berangkat bergerilya.
Menurut
Teguh, sejarawan Anhar Gonggong pernah memberinya saran agar ia
menuliskan semua riwayat Soedirman dari sudut pandang dan pengakuan
keluarga. Namun, hingga kini dia belum pernah mencoba melaksanakan saran
Anhar itu.
“Yang jelas, Bapak itu pahlawan nasional. Jasanya banyak, perlu jadi teladan bangsa ini. Itu saja cukup,” ucap Teguh.
NAMA :NASIM SETIAWAN
FERI ARDIANSA
KELAS :X TKR 5